Pasuruan, potretlensa.com - Ketergantungan petani dengan pupuk subsidi masih sangat tinggi, kebijakan baru pemerintah dengan mencabut subsidi tersebut sangatlah memberatkan petani.
Padahal, pupuk menjadi faktor produksi yang krusial bagi petani. Salah satunya sebagai pasokan nutrisi agar pertumbuhan tanaman bisa optimal, sehingga hasil panennya juga maksimal.
Sementara itu, harga pupuk non subsidi dirasa mahal oleh petani. Ini tentu saja bisa menambah harga produksinya. Sehingga harus memicu petani untuk mencari alternatif lain sebagai solusinya.
Dari situ, David Teguh Prasetiyo sebagai koordinator kelompok dibawah naungan koperasi setia kawan nongkojajar memproduksi pupuk organik dengan nama BIRRU SLURRY.
Seperti yang diungkapkan oleh David, menurutnya, alternatif yang dilakukan oleh koperasi setia kawan dengan membuat pupuk organik, untuk kelangsungan ketersediaan pupuk dan ketergantungan terhadap pupuk non subsidi.
"Limbah kotoran sapi kita manfaatkan jadi bahan utama pupuk, dan kedepannya bisa mengurangi limbah kotoran sapi agar tidak ada pemanasan global yang bisa membuat kecamatan tutur tidak sejuk," jelasnya, minggu (11/6).
Lanjutnya, pupuk organik nama Biru Slurry buatan kami itu juga kita pakai sendiri dan produk kami juga siap di uji oleh pihak terkait dari pemerintah.
"Kami berharap besar ada campur tangan pemerintah untuk dukungan pupuk organik kami, karena setelah dihapusnya subsidi pupuk" harapnya.
Oleh karena itu, tegas David Teguh Prasetiyo, pupuk organik sangatlah solutif bagi petani ditengah ketergantungan dan keterbatasan pupuk non subsidi. "pakai pupuk organik merk Biru Slurry saja," katanya sembari senyum.
Ia menambahkan, bagi petani yang ingin membeli pupuk organik merk Biru Slurry bisa didapat di koperasi setia kawan nongkojajar, kabupaten pasuruan.
Selain menjadi solusi kelangkaan dan mahalnya pupuk non subsidi, pupuk organik juga dapat mengangkat perekonomian warga, yang selama ini hanya mengandalkan pendapatannya dari berternak dan berkebun(*red)