Jakarta, Potretlensa.com - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mendorong listrik masuk ke area pesawahan untuk modernisasi dan mekanisasi pertanian.
Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan, untuk modernisasi alsintan diperlukan energi yang efektif dan efisien, yakni melalui listrik.
"Berdasarkan berbagai pengalaman praktik lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budi daya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak, gas," kata Suwandi (15/4/2024).
Ia menyebut, sesuai arahan Menteri Pertanian, untuk mekanisasi ini diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik. Ole karena itu, Kementan mengembangkan Listrik Masuk Sawah (LMS) dan beberapa daerah menyebut program Gerakan listrik masuk sawah (Gelisah).
Suwandi memaparkan salah satu yang menjadi contoh yakni program listrik masuk sawah di Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
"Sebagai contoh program listrik masuk sawah yakni Kabupaten Ngawi mengembangkan sumur submersible lebih dari 17 ribu unit dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi tiga kali setahun (IP300)," paparnya.
Selain di Ngawi, lanjut Suwandi, program serupa juga dilakukan di Kabupaten Sragen, lebih dari 23 ribu sumur submesible guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indeks pertanaman IP bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektare.
"Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2-30 hektare dengan biaya dari 8 juta hingga 150 juta rupiah tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur, dan lainnya," imbuhnya.
Terkait maraknya pembuatan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik, Suwandi dengan tegas mengimbau petani agar Listrik Masuk Sawah tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.
“Listrik Masuk Sawah digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pasca panen, juga lampu perangkap hama dan lainnya. Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa,” terang Suwandi.
Sementara itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN, Astu Unadi menuturkan, penggunaan listrik untuk energi mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lain.
Astu menjelaskan, mesin pompa bisa digerakkan oleh beberapa sumber tenaga, antara lain, dengan dengan diesel. Dan umumnya mesin pompa lebih dari 8 house power kalau diameter pipanya besar.
"Untuk diesel 8 housepower, kalau kita rupiahkan dengan rata-rata harga solarnya 6.800, saya kemaren mengecek di Palembang harganya bisa naik di tingkat petani Rp 10 ribu per liter. Jadi tinggal dikalikan saja Rp 22 ribu per jam. Kemudian kalau untuk bensin, 5 houspower kebutuhan bahan bakarnya antara antara 1,2 samapai 1,37 liter per jam. Kalau harganya itu Rp 10 ribu per liter di pom bensin biasanya di petani di desa itu jauh lebih dari pom bensin sehingga harganya lebih mahal," tuturnya.
Astu menjelaskan, saat ini tarif sewa pompa bensin sekitar Rp 13.700 per jam. Kemudian kalau listrik sama-sama 5 housepower, kalau kita konversi menjadi kilowatt itu adalah 3,75 kilo watt per jam.
Pewarta : Fauzi sah.